RSS

INNOCENT MAN EPISODE 3


Cerita sebelumnya,
Sebelum Ma Roo bertemu Eun Gi di balapan motorbike di episode 2 kemarin, nampaknya Ma Roo sudah mencari tahu tentang Eun Gi.
Sebagian karyawan Taesan grup berdemo, mereka meminta Seo Eun Gi turun. Eun Gi hendak berbicara dengan mereka namun pengacara Park menahannya, melihat emosi mereka takutnya Eun Gi akan menjadi sasaran kemarahan mereka. Tentu saja Eun Gi menolak, ia maju ke depan dan mengatakan kalau datang untuk bernegosiasi. Dan benar saja, Eun Gi menjadi sasaran kemarahan karyawan. Telur mendarat di kepala Eun Gi (jadi ingat Yeo Chi di Salaryman). Eun Gi pun membersihkan lemparan telur yang mendarat di kepalanya di rest room.
Seo Eun Gi...putri tunggal dari pemilik Taesan group, Presdir Seo Jeong Gyu. Direktur Eksekutif Tae San Group sekarang ini. Pewaris utama Taesan group. Sombong, kasar, kritis, dingin dan gila kerja. Tidak memiliki teman ataupun hobi. Tidak ada catatan kunjungan ke department store, bioskop, galeri seni, lapangan golf, salon kecantikan. Sama sekali tidak memiliki hiburan. Satu-satunya kegiatan hiburannya adalah naik motor.


Selesai membersihkan diri, Eun Gi mempersiapkan perlengkapan motorbikenya, Ia mengambil boneka barbie yang nampaknya sangat berharga. Eun Gi membawa boneka itu.

Ma Roo yang tahu hobi Eun Gi naik motor di pegunungan segera menyusulnya, Ma Roo teringat percakapannya dengan Jae Hee saat di kantor polisi di mana Ma Roo dituduh memeras Jae Hee. Begitu Jae Hee beranjak pergi, Ma Roo bertanya dunia seperti apakah yang Jae Hee tinggali saat ini. “Dunia di mana nyonya hidup, itu adalah dunia yang seperti apa? Menjebak orang yang sama sekali tidak bersalah. Menghancurkannya...Membuatnya kehilangan rasionalnya. Dikhianati...”cecar Ma Roo. Polisi yang menginterogasinya memarahi Ma Roo karena saat ditanya malah diam, sekarang malah bicara yang aneh2.
“Jika kujelaskan semuanya, bisakah kau memahaminya? Seberapa menyilaukan? Bagaikan sebuah mimpi yang indah, sehingga nafas terasa sesak. Jika kujelaskan semuanya, bisakah kau membayangkannya?”tanya Jae Hee balik. Ma Roo makin memacu motornya mengingat semua itu.

Hingga akhirnya Ma Roo berhasil mengejar Eun Gi dan terjadilah kecelakaan itu, motor Eun Gi remnya blong dan jatuh ke jurang. Beruntungnya Ma Roo mendengar motor jatuh, ia pun bergegas menuju ke tepi jurang. Ma Roo membantu Eun Gi naik ke atas. Sesampainya di atas Eun Gi tersadar ia kehilangan sesuatu yang berharga. Eun Gi hendak turun ke jurang namun Ma Roo menahannya, sudah susah payah ia menyeret Eun Gi sekarang Eun Gi ingin terjun kembali. Eun Gi melepaskan diri. “Motor itu lebih penting dari nyawamu? Barang seperti itu dapat dibeli lagi.”tanya Ma Roo. Eun Gi menjawab kalau bonekanya ada di sana.
“Bonekaku ada di sana!”teriak Eun Gi. Tapi Ma Roo malah menyeret Eun Gi menjauh dan mengajak Eun Gi ke rumah sakit karena sepertinya otak Eun Gi cedera ringan. Eun Gi menangis keras dan memanggil-manggil ‘ibu’.

“Ada apa di sepeda motor itu?”tanya Ma Roo dan segera menghentikan Eun Gi yang mendekati jurang kembali.  “Biar aku saja yang mengambilnya. Yang kau cari itu boneka, 'kan?”. Eun Gi mengangguk, Ma Roo mengingkat tali pada pohon dan turun ke jurang dengan mengenakan tali tersebut.  Eun Gi mengawasi dari atas, nampak di tengah-tengah tali akan putus karena kena gesekan bebatuan yang tajam. Ma Roo berhasil menjangkau motor Eun Gi dan mengambil boneka yang berada di dalam tas Eun Gi. Ma Roo memperlihatkan boneka itu pada Eun Gi, dan bersiap akan melemparkannya namun tiba2 tali yang melilit tubuh Ma Roo terputus. Ma Roo pun terjatuh ke jurang.




Singkat cerita, Ma Roo pun dilarikan ke rumah sakit dan Eun Gi menunggunya. Dokter datang menemui Eun Gi dan mengatakan kondisi Ma Roo. Dokter memberitahukan kalau luka Ma Roo tak tarlalu parah karena saat jatuh Ma Roo bergelantungan di cabang pohon. Walaupun tulang rusuk dan kakinya patah, waktu penyembuhannya tak akan terlalu lama karena usianya masih muda. 
Dokter pun bertanya apa hubungan Eun Gi dengan Ma Roo. Eun Gi menjawab kalau ia tak mengenalnya

Eun Gi pun menemui Ma Roo, ia mengamati wajah Ma Roo yang tenang tertidur. Eun Gi mencoba mengenalinya, tetiba Ma Roo tersadar Eun Gi segera memberondongnya dengan pertanyaan. “Kau... kenal padaku? Kita pernah bertemu sebelumnya?”tanya Eun Gi. Karena tak mungkin orang yang belum pernah bertemu sebelumnya melakukan sesuatu yang masuk akal (menolong orang yang tak dikenalnya walaupun membahayakan nyawanya sendiri). 
“Jika benar-benar terjadi sesuatu, siapa yang akan kau salahkan?”
“Bagaimana orangtuamu mendidikmu?”tanya Ma Roo menanggapi. “Jika kau memiliki hal yang kau syukuri atau sesali, kau akan menjadi lebih marah, emosi, keras kepala, dan menyalahkan orang lain? Pada saat merasa bersyukur, kau cukup mengucapkan terima kasih. Pada saat bersalah, kau cukup meminta maaf.”cerocos Ma Roo.



“Walaupun kedua orang tuaku hanyalah buruh kasar yang tuna aksara, tapi mereka masih mampu mengajariku tata krama seperti itu.”lanjut Ma Roo. Eun Gi ingin membalasnya namun Ma Roo menghentikannya dengan mengatakan kalau Eun Gi tak memaksanya itu semua dilakukan atas kemauannya sendiri. Jadi mulai saat itu anggap saja mereka tak saling mengenal jadi tak ada pikiran Ma Roo bermaksud menipu Eun Gi  atau mengganggunya. Eun Gi hanya bisa menahan kesal, Ma Roo pun meminta Eun Gi meninggalkan ruangan karena ia butuh ketenangan.


Eun Gi keluar ruangan Ma Roo dengan banyak pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Ia teringat saat Ma Roo menariknya ke atas, menahannya saat akan kembali turun ke jurang dan Ma Roo terjatuh saat mengambilkan boneka berharganya. Eun Gi memandang ke arah kamar Ma Roo. “Kenapa? Kenapa? Kenapa demi aku kau lakukan itu? Karena apa sebenarnya?”tanya Eun Gi penasaran. Sementara di dalam kamar Ma Roo menahan sakitnya.
Jae Hee menemani Eun Suk bermain mandi bola (?). Ia melamun teringat pertengkaran Eun Gi dan ayahnya. Yang mengatakan kalau Eun Gi tak mampu ia masih punya ibunya Eun Suk (Jae Hee) dan Eun Suk. Ternyata Jae Hee menguping pembicaraan mereka di luar pintu, dasar wanita serakah ckckckc #esmosi ~korban nonton hahaha.
Eun Suk memanggil Jae Hee ‘ibu’ dan  menghambur ke pelukan Jae Hee.
“Dia bilang kita adalah ahli warisnya. Dia bilang dia akan memberi kita kesempatan.”ucap Jae Hee senang. Eun Suk yang masih kecil tentu saja tak mengerti ucapan ibunya.
“Memberikan semuanya kepadamu. Sebuah dunia yang untuk membayangkannya saja ibu tidak berani. Jangan sampai dimusuhi...  Jangan sampai diusir dari sana. Jangan sampai direbut oleh siapapun juga. Agar kau bisa memiliki segalanya.”jelas Jae Hee dan kembali memeluk Eun Suk dengan erat. Tak jauh dari sana berdiri pengacara Ahn.
Setelah mendapat telepon dari supir Jo, pengacara Ahn mengajaknya bertemu. Keduanya pun bertemu di sebuah café. Supir Jo tho te point menanyakan keperluan pengacara Anh.
“Pengacara Park menyuruhmu melakukan sesuatu dengan diam-diam, bukan?”tanya pengacara Ahn langsung. Supir Jo berpura-pura tak tahu maksudnya.
“Hubungan antara orang yang memeras nyonya muda waktu itu dengan nyonya muda topiknya sepertinya belum berakhir.” Supir Jo mengatakan sepertinya terjadi kesalahpahaman jika pengacara Ahn mengajaknya bertemu untuk membicarakan masalah tersebut ia pamit undur diri. Pengacara Ahn segera mengiming-iminginya dengan promosi yang bagus, kesempatan itu tak akan ada 2 kali dalam hidupnya dan keputusan ada di tangan supir Jo. Setelah mengatakan itu pengacara Ahn mempersilahkan supir Jo pergi, baru beberapa langkah supir Jo menghentikan langkahnya dan mempertimbangkan tawaran tadi. Ia pun memutuskan di pihak pengacara Ahn.




Supir Jo pun membeberkan hasil investigasinya, kalau orang yang memeras Jae Hee (Ma Roo) dan Jae Hee memiliki hubungan sebelum Jae Hee mengenal presdir.  Berdasarkan berita yang dikonfitmasi oleh tetangga dan orang2 yang tinggal di sekitarnya, keduanya memiliki hubungan yang cukup dekat, berasal dari daerah yang sama dan memiliki perasaan sayang satu sama lain. Pengacara Ahn bertanya apa pengacara Park tahu tentang hal itu. Nampaknya supir Jo tak berterus terang pada pengacara Park.
Flashback, saat supir Jo melaporkan hasil ivestigasinya pada pengacara Park.
Supir Jo mengatakan kalau ia tak menemukan hubungan apa2 antara Ma Roo dan Jae Hee.
Tapi pengacara Park tak mudah percaya, karena informasi yang ia dengar saat di pesawat keduanya terlihat saling mengenal. Suir Jo beralasan hal itu bisa saja terjadi pada situasi panik berdasarkan informasi yang didapatnya dari pramugari yang memberitahukan masalah itu pada Eun Gi. Pengacara Park pun menyuruhnya menyelidiki Ma Roo lebih jauh. Supir Jo mengiyakan dan memberitahukan kalau Ma Roo keluar dari fakultas kedokteran di tengah jalan dan sekarang bekerja sebagai bartender di sebuah bar. Tidak ada hal menarik lainnya kecuali Ma Roo yang tinggal bersama dongsaeng yang sakit2an.
“Kau punya foto orang tersebut?”tanya pengacara Park, supir Jo pun memberikan foto Ma Roo pada padanya. 
“Ada apa sebenarnya? Pasti bukanlah penipu biasa yang memeras uang sebanyak 1 milyar won.”ucap pengacara Park bertanya-tanya melihat foto Ma Roo tersebut. Flashback End.

Seperti biasa keluarga Seo makan bersama berikut pengacara masing2. Pengacara Ahn dan Park sama2 memperhatikan Jae Hee. Sementara Eun Gi melamun teringat kata2 Ma Roo yang menyuruhnya pergi karena ia butuh ketenangan. Eun Gi melirik papan nama Ma Roo, dan saat ini Eun Gi mencoba mengingatnya ia mencoret-coretnya di notenya. Tetiba ponsel pengacara Ahn berbunyi, ia mendapat telepon dari dokter Kim. Pengacara Ahn pun memberitahukan kalau hasil tes lever Eun Gi sudah keluar dan operasi transplantasi boleh dilakukan. Semuanya memandang Eun Gi  yang hanya diam saja, ia masih berkutat dengan dunianya sendiri. Pengacara Park memanggilnya, Eun Gi pun tersadar. Pengacara Ahn kembali memberitahukan kalau operasi bisa segera dilaksanakan.
“Sedang bicara apa ini sekarang? Apa maksudnya dengan donor yang cocok? Apa yang dimaksud dengan operasi transplantasi?”tanya presdir Seo tak mengerti.Eun Gi menjawab kalau ia tahu penyakit yang diderita ayahnya selain operasi transplantasi, tidak ada jalan lain lagi. Dan cara yang paling efektif mencari donor dari antara anggota keluarga yang ada. (Oh jadinya Eun Gi melakukan tes untuk menjadi donor ginjal bagi ayahnya). Eun Gi pun menyuruh pengacara Ahn menentukan hari operasinya setelah 2 minggu ke depan ia tak ada jadwal penting jadi jika ayahnya ada waktu bisa langsung di atur.
Mendengar semua itu, presdir Seo marah. Ia memaki-maki Eun Gi, dan juga mengingatkan seharusnya pengacara Ahn juga menghentikan tindakan Eun Gi.
“Toh umurku juga sudah tidak panjang lagi. Hanya dikarenakan bisa memperpanjang umur setahun, masa depan Tae San harus menjadi taruhan?”seru presdir Seo.

Eun Gi berusaha menasihati ayahnya, namun presdir Seo bersikeras  membatalkan semua itu.  “Orang yang sampai detik ini masih tidak becus menjaga kesehatan dirinya sendiri, masih mau mengkhawatirkan orang lain?”ujar presdir Seo. Eun Gi menjelaskan kalau tak ada masalah dengan kesehatannya sekarang. Dokter Kim juga sudah memberitahukan kalau setelah operasi transplantasi sama sekali tidak akan ada masalah dengan kesehatannya.
“Apa yang dikatakan oleh ayahmu adalah benar. Dengarkan omongan ayahmu.”sela Jae Hee sok perhatian. “Kesehatan dan semangatmu itu bukan hanya milikmu seorang. Kelangsungan hidup ratusan ribu karyawan Taesan, jika ditambah anggota keluarga mereka menjadi jutaan jiwa orang adalah menjadi tanggung-jawabmu sepenuhnya, Seo Eun Gi.” Jae Hee terus mengatakan kata2 bijak yang sok mempedulikan kesehatan Eun Gi dan masa depan Taesan grup, Eun Gi hanya tersenyum sinis mendengarnya. Setelah itu Jae Hee memberitahukan kalau ia juga sudah menjalani tes donor organ tubuh sebelumnya dan hasilnya ia adalah 
donor yang paling cocok untuk presdir Seo. Presdir Seo dan Eun Gi nampak terkejut.
“Aku juga merasa sangat beruntung. Aku hanyalah seorang yang keberadaannya sama sekali tidak penting. Jika Presdir tidak berada lagi di dunia ini, aku juga tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi. Jangan menggoyahkan masa depan Taesan.”ungkap Jae Hee. Lalu meminta izin agar ia diijinkan menjadi donor untuk presdir Seo. Lalu Jae Hee mengajak melanjutkan makan namun nampaknya Eun Gi sudah tak berselera.



Dalam perjalanan, pengacara Ahn memperhatikan Jae Hee dari kaca spion dalam. Presdir Seo menanyakan persiapan penandatanganan shopping mall di Busan apakah berjalan lancar. Pengacara Ahn mengiyakan. Presdir Seo pun menyuruh mengganti nama kepemilikan mall tersebut menjadi atas nama Jae Hee.
“Hatiku... bukanlah sesuatu yang harganya dapat dikompensasi dengan sebuah shopping mall. Hatiku adalah sesuatu yang sangat berharga, Presdir. Jika kau ingin membalas budi dikarenakan aku bersedia menjadi donor bagimu, tidak akan cukup sekalipun kau berikan Taesan padaku.” Jae Hee menambahkan hal yang dilakukannya sekarang adalah kewajiban seorang istri terhadap suaminya, terhadap keluarganya, dan melakukan apa yang sanggup dia lakukan bagi mereka.
“Aku adalah anggota keluargamu, Presdir. Walaupun keberadaanku sama sekali tidak diakui, sama sekali tidak dihargai...Tapi bagiku, aku merupakan sebuah bagian dari keluarga Presdir, ibu dari anakmu. Meskipun semua orang memandangku rendah, dan menganggapku tidak ada...Tapi perasaanku tidak akan berubah. Tidak akan.” Presdir Seo makin terenyuh dengan kata2 manis Jae Hee apalagi ditambah derai air mata buaya Jae Hee. Presdir Seo pun memutuskan sebelum ia meninggal akan mengumumkan secara resmi kalau Jae Hee adalah istrinya.




Kesal mendengar kabar ayahnya akan mengadakan pesta pernikahan secara resmi dengan Jae Hee, teralihkan manakala Eun Gi melihat boneka barbie yang disayangnya tergeletak di meja.  Ia teringat asal boneka itu.
Flashback;
Saat ibu kandung Eun Gi datang memberikan boneka Barbie tersebut. Boneka mainan yang selalu setia menemani Eun Gi sejak kecil. Boneka itu berhasil disembunyikan saat ayahnya membuang semua mainan yang ada. Eun Gi bersikeras kalau ia tak ingat sama sekali.
“Maaf sekali karena tidak sanggup menjaganya dengan baik. Selalu ada perasaan bersalah terhadapmu.”ucap ibu Eun Gi. Lalu memberikan boneka itu pada Eun Gi seraya mengatakan Eun  Gi cukup seperti boneka itu memakai pakaian dan sepatu yang bagus dan bertemu pria yang menyayanginya seperti gadis seumuran Eun Gi. Ibu Eun Gi, ingin Eun Gi hidup seperti itu lalu menanyakan apakah Eun Gi mau ikut dengannya meninggalkan rumah yang semakin lama ditinggali bisa membuat mereka mati sesak nafas.
“Sekalipun aku harus mati karena sesak nafas, aku harus mati di sini…Mati di tempatku. Aku mau tetap tinggal di sini”jawab Eun Gi penuh tekad. Hidup seperti yang ibunya bilang seperti boneka tersebut memakai pakaian dan sepatu bagus. Eun Gi melempar boneka barbienya.
“Aku akan tinggal di sini dan menang. Aku harus menang, kemudian menginjak mereka satu persatu di bawah telapak kakiku. Aku tidak akan menjalani hidup seperti ibu. Melarikan diri, menghindar, dan menyerah.Seperti seorang pecundang. Aku Seo Eun Gi, tidak akan pernah menjalani hidup seperti itu.”
Flashback End.


Sekretaris wanita Eun Gi masuk, Eun Gi pun bertanya darimana ia mendapatkan bonekanya?. Sekretarisnya mengatakan kalau boneka itu diantar Kang Ma Roo, ia baru saja dari rumah sakit dan Ma Roo memintanya memberikan boneka itu pada Eun Gi. Sang sekretaris juga mengatakan kalau hadiah yang Eun Gi berikan dikembalikan semuanya. Eun Gi pun melihat bingkisan yang ada di atas mejanya, sepertinya jam tangan :D.

Eun Gi pun membawa sendiri bingkisan tadi ke rumah sakit. Namun sayang Ma Roo sudah tak ada di sana. Eun Gi pun menanyakan alamat Ma Roo.

Ternyata Ma Roo sudah dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Tetiba ia mendapat sms dari Cho Ko kalau ia pergi menemui ibu kandungnya dan berencana akan tinggal bersama ibunya. Jadi Ma Roo tak perlu mengkhawatirkannya dan juga melakukan hal jahat untuk membiayai pengobatannya lagi. Ma Roo berusaha menelepon namun ponsel Cho Ko tak aktif.

Terlihat Jae Hee hendak mengujungi rumah Ma Roo namun seseorang menghentikannya. Sontak Jae Hee kaget,dan ternyata orang yang memanggilnya pengacara Ahn.



Sesampainya di depan rumah, Ma Roo membuka masker wanita yang tertidur di samping Jae Gil.  Wanita itu pacar Jae Gil yang tak lain adalah Yoo Ra.  Yoo Ra bertanya siapa Ma Roo, Ma Roo balik bertanya siapa Yoo Ra. Yoo Ra pun membangunkan Jae Gil yang sedang maskeran. Jae Gil yang bangkit langsung menanyakan kemana saja Ma Roo beberapa hari ini ditelepon tidak diangkat bahkan sampai mengirim sms saja tak sempat, Ma Roo tak menjawab ia malah balik bertanya apa Jae Gil tak kepanasan lalu masuk ke dalam rumah.
“Dia ganteng sekali.”puji Yoo Ra begitu Ma Roo masuk ke dalam rumah. Jae Gil pun mengatakan kalau semua itu berkat operasi plastik.
“Oppa, serius itu semua hasil operasi plastik?”tanya Yoo Ra tak percaya.
“Semua giginya dicabut dan diganti dengan gigi palsu. Sampai-sampai tulangnya pun di rekonstruksi.”jawab  Jae Gil, Yoo Ra pun menanyakan wajah asli Ma Roo seperti apa. Jae Gil pun memperlihatkan wajah asli Ma Roo dengan memperagakannya.




Di kamarnya Ma Roo mengganti pakaiannya, terlihat punggungnya masih terperban. Melihat foto kebersamaannya bersama Cho Ko, ia kembali menelepon ponsel Cho Ko namun masih tak aktif.

Yoo Ra bertanya benarkah Jae Gil tak operasi plastik sama sekali.
“Apa lagi yang harus dioperasi? Semua orang bilang kalau wajahku sudah ganteng dari sananya.”jawab Jae Gil. Lalu balik bertanya bagaimana dengan Yoo Ra. Yoo Ra dengan gugup mengatakan tidak. Ia cantik alami berdandan sedikit daja sudah seperti bintang film, pakai BB cream saja tidak. Ma Roo begitu tak peduli dengan tingkah keduanya ini, ia beranjak keluar rumah. Jae Gil pun memastikan menyetuh wajah Yoo Ra namun ia merasakan pelembab menempel di wajahnya hahaha.




“Sudah jelas kukatakan kejadian itu bukan kesalahanmu. Tindakan itu sepenuhnya adalah pilihanku, dan aku yang seharusnya menanggung semuanya. Jadi sama sekali tidak ada alasan bagi kita untuk memiliki hubungan apapun.”
“Itu kan menurutmu. Menurut pandanganku tidak seperti itu.  Aku bukan tipe orang yang suka berhutang budi.”elak Eun Gi.
“Kau tidak berhutang budi kepadaku.”ucap Ma Roo lalu mendekat ke arah Eun Gi yang membuat Eun Gi salting padahal Ma Roo hanya mau mengatakan lunas hahaha. Ma Roo pun melangkah pergi.

Begitu masuk mobil, ponsel Ma Roo berbunyi ia mendapat telepon dari Cho Ko.
Cho Ko menceritakan kondisinya yang malang bertemu dengan ibunya yang terpisah selama 20 tahun namun keadaannya tak seperti yang diharapkan. Ternyata ayah tiri Cho Ko orangnya kasar dan suka berjudi. Sekarang ia mengamuk mencari uang untuk berjudi. Cho Ko pun menegaskan kalau ia telah melaporkan ayah tirinya atas tuduhan perjudian dan tindakan kekerasan. Ayahnya marah, Cho Ko pun berteriak. Mendengar teriakan Cho Ko, Ma Roo nampak khawatir ia segera menelepon balik Cho Ko namun sayang ponselnya kembali tak aktif.



Ma Roo hendak bergegas menyalakan mobilnya namun Eun Gi masuk ke dalam mobil.
“Tingkah laku yang seperti itu tadi diajarkan oleh orang tuamu? Memotong pembicaraan orang dan tidak membiarkan orang menyelesaikan omongannya. Kau hanya menilai, menafsirkan, dan menghakimi seenak hatimu.”maki Eun Gi, Ma Roo pun menyuruh Eun Gi keluar. Namun Eun Gi menolak karena ia belum selesai menjelaskan semuanya. Ma Roo mengatakan kalau saat ini ia sedang ada kepentingan lain dan terburu-buru. Eun Gi pun menyuruh Ma Roo jalan kalau terburu-buru karena mereka bisa jalan sambil bicara. Eun Gi terus mengumpat, seraya membenarkan seatbeltnya. Ma Roo pun memacu  mobilnya dengan kecepatan tinggi.

“Kau sama sekali tidak bisa menakutiku.”ujar Eun Gi melihat tingkah Ma Roo mengemudi yang belok sana-sini dengan kecepatan tinggi. Ma Roo menyuruh Eun Gi turun di persimpan depan, namun Eun Gi menegaskan kalau ia belum selesai menjelaskan maksud kedatangannya. Ma Roo memberitahukan kalau kemungkinan ia tidak keburu kembali ke Seoul. “Ancaman seperti ini, sama sekali tidak menggentarkanku. Terdengar seperti gertakan sambal.” Namun Eun Gi sempat kaget juga melihat mereka menuju luar kota Seoul. Ma Roo mengingatkan sebelum sampai tujuan ia tak akan berhenti sama sekali jadi kalau Eun Gi mau turun lebih baik turun sekarang.
“Kita bisa berbincang-bincang sebelum kita sampai ke tempat tujuan.”jawab Eun Gi, lalu menyerahkan bingkisan yang dibawanya pada Ma Roo. Namun Ma Roo mengembalikannya dan bertanya apa Eun Gi tak tahu kalau ia menolak.
“Tahu.”jawab Eun Gi setengah kesal karena hadiahnya dikembalikan lagi hahaha. Dan bertanya kenapa Ma Roo menolaknya karena dari tampangnya Ma Roo tak terlihat  seperti seorang malaikat. Bagaimana pun juga demi dirinya Ma Roo hampir kehilangan nyawanya, jadi ia harus member Ma Roo sedikit kompensasi.


Eun Gi bertanya apa Ma Roo ingin uang tunai, namun Ma Roo hanya diam saja. Eun Gi kesal melihatnya perkataannya tak digubris. “Jika yang kuinginkan adalah barang lain bagaimana? Yang kumau bukan jam tangan itu.”jawab Ma Roo tiba2 menanggapi. Ma Roo bertanya apa yang akan Eun Gi lalukan jika yang diinginkannya orang seperti Eun Gi yang mampu membeli ratusan jam tangan tersebut. Eun Gi hanya menahan tawa mendengarnya.
“Sekarang ini aku...ingin sekali mendaki sebuah gunung yang tinggi dan aku benar-benar membutuhkan sebuah tangga. Kau, sanggupkah menjadi tangga itu bagiku? Jika aku membulatkan tekad untuk mendapatkanmu, apa yang akan kau lakukan?”tanya Ma Roo dengan nada serius.
“Kau butuh ke rumah sakit sekali lagi? Jatuh dari gunung, yang terluka bukan tulang rusuk tapi sepertinya malah kepalamu.”jawab Eun Gi.
“Sekalipun kau tidak berkata demikian, aku sudah berencana untuk melakukannya. Setelah kecelakaan, penilaianku terhadap wanita sepertinya makin memburuk. Tadi begitu melihatmu, hatiku sedikit berkecamuk.”kata Ma Roo dengan pandangan lurus ke depan. Ma Roo menambahkan sebelum kecelakaan terjadi Eun Gi bukanlah tipe wanita yang menjadi seleranya. Eun Gi meminta Ma Roo menghentikan mobilnya, Ma Roo mengingatkan bukankah tadi ia sudah mengatakan sebelum sampai di tempat tujuan ia tak akan berhenti.

“Jangan menatapku dengan pandangan yang seolah-olah ingin membunuhku.”ucap Ma Roo yang melihat tatapan tajam Eun Gi. “Setelah kecelakaan, tipe wanita idealku juga sudah berubah. Berubah menjadi tipe wanita kasar, temperamen, dengan tatapan mata yang menakutkan.”lanjut Ma Roo ngegombal hahaha, ini kebawa dari karakter Yong Ha kayaknya wkwkkw. Eun Gi hanya bisa menahan kesal dan menanyakan berapa lama lagi perjalanan mereka. Ma Roo tak menjawab ia hanya terus memacu mobilnya sedangkan Eun Gi menatapnya tajam sekaligus kesal.

Keduanya sampai di rumah makan pinggir pantai malam. Sebelum turun Ma Roo memberitahukan kalau Eun Gi terus berjalan selama 10 menit akan ada bus dan taksi menuju Seoul. “Sampai ketemu lain kali. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkanmu.
Jadi sebaiknya kau siap-siap lahir batin.”pesan Ma Roo lalu keluar mobil. Ma Roo berjalan menuju rumah makan, ia memperhatikan ibu pemilik rumah makan itu membersihkan meja bekas tamu.

Eun Gi pun memutuskan keluar menyusul Ma Roo. Tak selang beberapa lama suami ibu tadi datang marah2  menendang meja mencari Cho Ko. Langkah Eun Gi terhenti melihat kejadian itu. Suami ibu Cho Ko marah karena gara2 laporan Cho Ko ia dibawa ke kantor polisi. Istrinya beralasan itu dilakukan Cho Ko karena tak tega ibunya dipukuli. Suaminya yang kadung kesal kembali memukuli dan menampari istrinya. Ma Roo segera menghentikannya begitu suaminya akan memukulkan kursi ke ibu Cho Ko. Ma Roo hendak menolong ibu Cho Ko namun suami ibu Cho Ko akan menampar Ma Roo. Ma Roo menahannya dan menyuruh paman itu menghentikannya. Ma Roo berusaha menolong ibu Cho Ko bangkit, namun paman tadi menghajarnya. Melihat ibu Cho Ko kembali dipukuli Ma Roo pun menghajar paman tersebut. Tapi malang bagi Ma Roo, melihat suaminya dipukuli ibu Cho Ko malah memukul punggung Ma Roo yang terluka dengan gagang sapu T.T. Ma Roo kesakitan, Eun Gi hendak menolong namun terhenti ketika Cho Ko datang menghentikan semua itu. Cho Ko menyuruhnya ibunya berhenti karena ia memukuli oppa-nya.

Ma Roo menyendiri di tepi pantai, Eun Gi menghampirinya.  “Tidak mau diperiksa ke rumah sakit?”kata Eun Gi menawarkan.  “Cukup banyak juga insiden tidak terduga yang terjadi pada dirimu. Tulang rusukmu yang patah seharusnya belum sembuh secara keseluruhan.”
“Masih tidak mau pergi?”tanya Ma Roo.
“Melihatmu berkelahi seperti itu, sepertinya keren sekali. Dua lawan satu.”

Di lain tempat Cho Ko berbicara dengan ibunya. “Jika bukan karena oppaku, kau sudah mati dipukuli oleh berandal itu, ajumma.”
“Orang itu hanya gede bacot saja. Pukulannya sama sekali tidak membahayakan.”elak ibu Cho Ko. Pukulan suaminya hanya memar tapi sebenarnya tidak sakit.
Ibu Cho Ko menyiapkan makanan untuk Cho Ko, namun Cho Ko tak mau makan. Melihat sikap Cho Ko ibunya pun membawa Cho Ko mencari Ma Roo.

Ibu Cho Ko menyuruh Ma Roo membawa Cho Ko pergi. Tapi Cho Ko menolak.
“Sudah kubilang mulai sekarang aku mau tinggal di sini saja. Dulu oppa, demi aku harus menjalani hari-harinya dengan berat.”tolak Cho Ko.
“Benar tidak keberatan? Tidak keberatan Cho Ko kubawa pergi?”tanya Ma Roo.
Tapi Cho Ko bersikeras menolak. “Setelah 20 tahun lebih menelantarkan, sudah saatnya kau menunjukkan rasa tanggung-jawabmu terhadapku.”ujar Cho Ko pada ibunya. “Hampir tiap hari sakit dan pingsan, aku menghabiskan hampir semua uang oppa-ku. Mulai sekarang ibu-lah yang harus bertanggung-jawab terhadapku.” Ibunya menegaskan kalau ia tak yakin sanggup menjaga Cho Ko, jika ia harus memilih antara Cho Ko atau suaminya ia pasti memilih suaminya. “Aku bisa mati kalau dia tidak ada. Seberapa bencinya aku padanya, dia adalah orang yang telah hidup bersamaku lebih dari 20 tahun lamanya.” Cho Ko hanya bisa terperangah mendengar semua itu.

Aku menyesal berbicara seperti ini. Aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadapmu. Dua puluh tahun yang lalu, bayi yang matanya masih tertutup rapat kupercayakan kepada oppamu. Pada saat aku meninggalkanmu aku sudah bertekad bulat untuk melupakanmu. Ini adalah kenyataan.” Tak ingin adiknya terluka mendengar kaat2 ibunya, Ma Roo segera menyuruh Cho Ko membereskan barangnya dan pergi bersamanya. Eun Gi ikut mendengarkan kemelut keluarga Ma Roo dengan membelakangi mereka, nampaknya Eun Gi ikut prihatin dengan kejadian yang menimpa Cho Ko. Tapi Cho Ko masih tak percaya ibunya seperti itu.
“Makanya kusuruh kau ikut dan tinggal bersama oppa-mu. Dia toh bukan orang lain. Kalian ini adalah saudara lain ibu tapi satu ayah. Kau sudah merawatnya lebih dari 20 tahun lamanya. Sudah seharusnya kau bertanggung-jawab hingga akhir.”cerocos ibu Cho Ko. Ma Roo pun kembali menyuruh Cho Ko segera membereskan barangnya. Cho Ko dengan menahan sedih beranjak pergi.

“Jika kelak Cho Ko akan menikah, jangan lupa memberitahukan pesta pernikahannya padaku.”pinta ibu Cho Ko.
“Kau tidak akan kuberitahu. Tidak akan!”jawab Ma Roo dingin. Ibu Cho Ko pun paham ia melangkah pergi dengan menahan tangis. Sebenarnya ibunya itu sayang sama Cho Ko tapi suaminya suka menganiaya orang jadi takutnya kalau Cho Ko bersamanya ia akan menderita. Eun Gi yang sedari tadi mendengar semuanya hanya bisa memandang iba pada Ma Roo.

Dengan langkah sedih Cho Ko membawa kopernya ke mobil. Ma Roo membantunya memasukkannya ke dalam bagasi dan membukakan pintu untuk Cho Ko. Begitu di dalam mobil Cho Ko kaget melihat wanita ada di kursi depan. Cho Ko bertanya siapa dia. Ma Roo menjawab hanya seorang kenalan. “Annyeong haseyo”sapa Cho Ko, Eun Gi mengangguk.
“Atau, ini adalah ini pacar oppa?”tebak Cho Ko.
“Bukan pacar, hanyalah kenalan biasa.”jawab Ma Roo. Ma Roo menyuruh mereka memakai sabuk pengaman,sakit terkejutnya  melihat kejadian tadi Eun Gi hanya diam saja. Ma Roo pun memakaikanseatbelt Eun Gi lalu memacu mobilnya menuju Seoul.

Di dalam perjalanan, sekeras apapun Cho Ko menahan tangis akhirnya tumpah juga. Ia berusaha menutupinya agar tak terdengar, Eun Gi hanya menoleh. Tetiba Ma Roo mengulurkan tissue, Eun Gi terkejut melihatnya karena sedari tadi Ma Roo hanya diam saja. Tahu Cho Ko berusaha menahan tangis, Ma Roo pun mengencangkan volume suara lagu di mobil. Alhasil Cho Ko menangis sekencang-kencangnya, nampaknya Eun Gi terenyuh dengan perhatian Ma Roo ini. Me too, ingin punya kakak seperti Joong Ki eh Ma Roo hahaha.

Sementara itu Jae Hee berkunjung ke rumah pengacara Ahn dengan membawa sebotol wine. “Tidak ada pertanyaan yang ingin kau tanyakan?”tanya Jae Hee to the point. Melihat pengacara Ahn hanya diam saja, Jae Hee menebak pengacara Ahn sudah tahu semuanya. Jae Hee pun mengajaknya minum bersama karena ia tahu pengacara Ahn menyukai red wine.
Sembari minum, Jae Hee menceritakan kehidupannya dulu. “Aku dulu pernah tinggal di tempat itu lebih dari 25 tahun lamanya. Ibuku adalah seorang pelacur. Identitas ayahku tidak jelas. Oppa-ku adalah seorang penjudi dan preman. Oppa dan ibuku, begitu ada kesempatan selalu ingin menjualku ke klub malam...demi uang.”kata Jae Hee memulai ceritanya.  Walaupun ia tak tahu hidup bisa sepahit aa, dari bagian terkumuh dari kawasan kumuh itu, selama 25 tahun lamanya ia melewati hidupnya bagaikan seekor kecoak di dalam selokan. Tapi Ma Roo lah yang memberinya kekuatan untuk bertahan hidup.
“Pengacara Ahn seharusnya sudah tahu dengan jelas semuanya. Lelaki yang pada suatu masa dalam hidupku pernah kucintai dengan segenap jiwaku,Kang Ma Roo”ungkap Jae Hee, diiringi dengan background Ma Roo terus mengendarai mobilnya menuju Seoul mengantar Cho Ko dan Eun Gi. Cho Ko pulas tertidur.
Bagiku, Ma Ru...bagaikan sebuah rumah. Setiap saat lampunya akan selalu nyala. Sebuah rumah di mana kutemukan adanya cahaya dan kehangatan. Dia bagaikan sebuah rumah yang melindungi seorang Han Jae Hee dari segala hal menakutkan yang terjadi dalam hidup.”

Apapun yang Jae Hee perbuat Ma Roo selalu percaya padanya dan Ma Roolah satu-satunya orang di dunia ini yang selalu berada di sisinya tapi ia malah mengkhianatinya.
“Dulu, aku pernah membunuh seseorang. Ma Roo jugalah yang telah menggantikanku menjalani hukuman. Karena itu jugalah, seluruh masa depan dia menjadi hancur. Tapi...aku demi untuk bisa bertahan hidup, tidak ragu-ragu memancung kepalanya.”ungkap Jae Hee. Semua itu ia lakukan agar bisa menikmati hidup yang dipenuhi dengan kemewahan dan barang2 mahal. “Semua kemewahan ini, layaknya sebuah mimpi. Setiap hari, lebih dari sepuluh kali aku harus mencubit lenganku. Aku ingin selamanya berada di sini. Jika semua ini hanyalah mimpi belaka, aku tidak ingin terbangun sekalipun aku harus mati.”lanjut Jae Hee lalu meminta pengacara Ahn menolangnya.

Di rumahnya presdir Seo terbangun karena mimpi buruk dan melihat Jae Hee tak di sampingnya. Nampak presdir Seo merasakan sakit di dadanya.

umah Eun Gi bersamaan dengan pengacara Ahn yang mengantar Jae Hee. Pengacara Ahn memapah Jae Hee, ia menawarkan membelikan Jae Hee obat. Namun Jae Hee menolaknya karena ia tidak mabuk lalu menyuruh pengacara Ahn pulang.
“Kau percaya padaku? Kenapa kau mempercayaiku?”tanya pengacara Ahn yang menghentikan langkah Jae Hee. “Aku telah bekerja pada Presdir lebih dari 25 tahun lamanya. Bagiku, Presdir itu bagaikan dewa penolongku. Lebih mempercayaiku dibandingkan keluargaku sendiri. Apa yang baru kau ceritakan padaku, jika kuteruskan kepada Presdir…”
“Tidak akan kau teruskan padanya, bukan?”tebak Jae Hee. Pengacara Ahn bertanya kenapa Jae Hee bisa berpikir seperti itu.
“Karena kau menyukaiku. Sudah dari dulu kau menyukaiku. Kau lebih dulu menyukaiku dibandingkan Presdir.”jawab Jae Hee penuh percaya diri lalu mencium pengacara Ahn dan semua itu di depan mata Ma Roo langsung hahaha.
Jae Hee mempersilahkan pengacara Ahn memberitahukan itu semua pada presdir Seo. Pengacara Ahn tak menjawab ia malah pulang.
Melihat semua itu, Ma Roo hanya bisa menahan amarah. Ia segera keluar dari mobil begitu pengacara Ahn pergi dan langkah Jae Hee terhenti mendengar suara pintu mobil tertutup. Jae Hee terbelalak melihat orang itu Ma Roo. Ma Roo hanya diam saja, ia membukakan pintu untuk Eun Gi dan menyuruhnya turun.
“Aku tertidur? Aneh sekali. Seo Eun Gi bisa jatuh ketiduran begitu saja di mobil orang.”guman Eun Gi tak percaya. Jae Hee makin kaget melihat yang turun dari mobil Eun Gi, ekspresinya itu lho hahaha.

un Gi mengucapkan terima kasih. “Salam seperti itu, sudah cukup bukan?”tanyanya. Ma Roo menjawabnya dengan pamit pergi. Tiba-tiba Eun Gi mengajak Ma Roo bertemu lagi kapan2. Ma Roo menghentikan langkahnya, Jae Hee syok berat hahaha.
“Mendadak aku merasa penasaran terhadapmu. Mari kita ketemuan lagi. Besok juga, lusa juga.”ujar Eun Gi, Ma Roo hanya tersenyum mendengarnya.

                                                                    ===Bersambung===




0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 ♪ 1000 YEARS ALWAYS BY YOUR SIDE ♪ . All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates