RSS

Episode 1 INNOCENT MAN





Di salah satu rumah sakit swasta Korea, seorang intern (dokter magang) terlihat terburu-buru namun tetiba langkahnya terhenti manakala ia melihat berita yang dibawakan oleh salah seorang reporter wanita. Pemuda itu adalah Song Joong Ki, eh Kang Ma Roo maksudnya hahaha. Ia tersenyum memperhatikan layar TV, nampaknya Ma Roo mengenal reporter wanita itu. Ma Roo menyadari reporter tersebut melakukan kesalahan, saat akan menyebut ‘koneksi’ malah mengatakan ‘pintu belakang’. Reporter tersebut ternyata bernama Han Jae Hee.
Ma Roo mengalihkan pandangannya saat seseorang memanggilnya. “Apa yang kamu lakukan, kenapa tidak cepat kemari?”tanya orang itu. Ma Roo tersenyum salah tingkah.




Ma Roo bergegas menyusul di belakang rombongan para dokter yang akan berkunjung ke ruang pasien, pertama mereka mengunjungi pasien Kim Min Chul. Profesor Seok mendengarkan penjelasan salah satu dokter senior mengenai kondisi pasien. Ma Roo sibuk mencatat penjelasan dokter tersebut. Mereka pun pindah ke bangsal lain, sekeluarnya dari ruang pasien Ma Roo segera bertanya pada Profesor Seok kenapa ia tak bertanya pada para intern pertanyaan apapun tadi, padahal mereka sudah mengikutinya sejak awal. Karena hari itu hari terakhir PK (Magang Rotasi Klinis).



“Profesor dari departemen lain sudah bertanya sejak hari pertama, dan bahkan memberikan studi kasus. Kenapa anda tidak bertanya apapun?”tanya Ma Roo.
“Apa kamu seorang dokter?”tanya Profesor Seok balik. Ma Roo menjawab kalau ia belum menjadi dokter.
“Memakai jas dokter dan membawa buku medis, kamu sudah berpikir menjadi seorang dokter? Karena orang-orang memanggilmu 'dokter', sehingga kamu bangga akan dirimu? Yang ada dalam pikiranmu hanya 'segera cepat menyelesaikan ini'. Dan, kamu masih mengharapkanku untuk bertanya?”cecar Profesor Seok lalu bertanya pertanyaan apa yang diharapkannya ditanyakan, dan apakah Ma Roo akan paham jika ia bertanya padanya.
“Jadi... Anda tidak memberikan kami kesempatan?”tanya Ma Roo berani.
“Aku tidak akan mendapat jawaban yang berguna, jadi kenapa aku harus membuang waktuku?”, ketegangan keduanya teralihkan begitu mendengar suara ribut2 seorang pasien yang memberontak.

Mereka pun menghampiri pasien tersebut yang ternyata seorang anak kecil.
Pasien itu ingin segera pulang. Pasien terus memberontak, Profesor Seok segera meminta buku riwayat medis pasien. Dokter yang menyerahkan buku riwayat menjelaskan kalau pasien Lee Chang Yong tiba2 pingsan semalam. Profesor kembali bertanya pasien didiagnosa apa?. Dokter mengatakan kalau berdasarkan CT scan dan MRI tidak menunjukkan ada hal yang aneh, dan hal itu digunakan Profesor Seok untuk menanyai Ma Roo. “Menurutmu dia didiagnosa penyakit apa?”tanyanya. Ma Roo syok, tak menyangka akan langsung mendapat pertanyaan seperti itu.
“Bukankah ini pertanyaan yang kamu inginkan? Aku memberimu waktu 2 jam. “, Profesor Seok dan yang lainnya beranjak pergi.




Tinggallah Ma Roo dan pasien. Ma Roo pusing memikirkan jawabannya, “tidak ada riwayat trauma kepala. Tapi dinyatakan ada...Mati aku!”keluh Ma Roo. Pasien mencoba kembali melepas selang infusnya, Ma Roo yang melihatnya segera menghalaunya. “Di mana kamu mendapatkan kekuatan itu di tubuhmu yang kecil ini?”. Pasien bersikeras kalau ia tak sakit sedikitpun, jadi ia ingin pulang. Ma Roo menyuruhnya diam. “Jika kamu tidak sakit, kenapa kamu pingsan?”tanya Ma Roo. Pasien meminta dibiarkan pulang karena kakaknya tidak punya uang. Ma Roo kembali menyuruh pasien diam, karena pasien lain akan terganggu dengan keberisikannya. Karena pasien masih memikirkan biaya rumah sakit, Ma Roo menenangkannya dengan mengatakan kalau ia akan membayar tagihan pasien. “Berhentilah bercanda.”pinta pasien.
“Heh...Anak ini... apa kamu tumbuh untuk berbohong?”gerutu Ma Roo sembari mentoyor kepala pasien, tetiba pasien batuk2.
“Jangan berpura-pura, kau. Jika seseorang melihat, mereka pikir aku benar-benar memukulmu.”pinta Ma Roo seraya mentoyor kepala pasien kembali. Pasien kembali batuk2 keras, Ma Roo nampak menyadari sesuatu. Pasien muntah, “Chang Yong. Apa kamu baik-baik saja? Chang Yong, ada apa denganmu?!”tanya Ma Roo panik lalu memanggil perawat.
“Kamu orang jahat. Kenapa kamu memukul kepalaku?”keluh pasien, Ma Roo pun mengerti apa yang diderita pasien.

Ma Roo segera melapor ke Profesor Seok kalau pasien Lee Chang Yong menderita pendarahan otak. Profesor bertanya apa buktinya?.
“Pasien awalnya memiliki infeksi tenggorokan akut. Dan juga setelah batuk parah, dia akan mengalami sakit kepala yang ekstrim. Karena batuk parah, mengakibatkan meningkatnya tekanan darah, menyebabkan kerusakan pada arteri saraf.”jelas Ma Roo.
“Apakah pasien menunjukkan tanda-tanda sakit kepala atau muntah?”tanya Profesor Seok. Ma Roo menjawab pasien bilang baik2 saja pada kakaknya agar tidak membuat kakaknya khawatir. “Sebenarnya kemarin, dia menderita sakit kepala yang parah. Dan baru saja, dia tiba-tiba merasakan sakit kepala yang parah. Dan dia juga muntah seperti ini.”jelas Ma Roo sembari menunjukkan muntahan pasien yang mengenai bajunya. Saat pasien sakit dan tak mengatakan apapun kepada kakaknya hanya untuk tidak membuat kakaknya khawatir. Hal itu seperti adik perempuan Ma Roo yang juga menahan sakitnya agar tak membuatnya khawatir. Ma Roo juga mengatakan walaupun pasien terkena tumor arteri otak, tapi pasien belum cukup serius dirawat di RS.
“Jika ini merupakan tumor arteri, tetapi tidak ada tanda-tanda pada CT dan MRI scan, bagaimana kamu menjelaskan itu?”tanya Profesor Seok. Ma Roo menjawab kalau itu kemungkinan dikarenakan pendarahannya masih ringan dan emosi pasien masih tidak stabil. Karena berdasarkan studi kasus yang dibaca Ma Roo pasien yang sangat emosional tidak dapat mengendalikan amarah mereka.
“Apakah kamu tidak mencurigai kecanduan/kelebihan dosis obat?”tanya Profesor Seok lagi. “Chang Yong bukanlah semacam murid bodoh yang akan overdosis atas resep obat.”jawab Ma Roo. “Dari awal anda sudah mengabaikan pendapatku. Anda tidak ingin mendengarkannya. Apa karena itu anda tidak setuju atas diagnosis saya?”tanya Ma Roo berani.

Tetiba ketegangan keduanya reda, saat Profesor Seok mendapat telepon kalau hasil angiogram baru sudah keluar. Dari hasil itu dikatakan kalau tidak ada tanda-tanda tumor arteri otak. Profesor Seok juga mempersilahkan Ma Roo mengeceknya sendiri jika ia ragu.
“Tidak. Saya pasti salah.”jawab Ma Roo lalu membungkuk meminta maaf. Lalu Profesor Seok memberitahukan membiarkan pasien pulang jika pasien tidak lagi menunjukkan gejala lain. Ma Roo nampak tegang ia pun mencuci mukanya.



Malamnya pasien Lee Chang Yong kembali dibawa ke RS. Dalam kondisi muntah2.
Profesor Seok yang hendak pulang pun diberitahu salah seorang dokter bahwa pasien Lee Chang Yong dibawa kembali karena kembali muntah dan pingsan. Dan setelah diadakan tes ulang pasien mengalami pendarahan otak arteri. Profesor Seok pun menyuruhnya memberikan suntikan anti muntah dan pendarahan pada pasien. Profesor Seok juga menanyakan di mana dokter magang ( Ma Roo) yang mendiagnosa tumor otak arteri.
“Apa anda bicara tentang Kang Ma Roo? Dia seharusnya berada di perpustakaan atau mungkin dia pulang.”jawab dokter. Profesor Seok meminta Ma Roo dihubungi.
“Bolehkan saya bertanya kenapa?”
“Karena aku perlu mengatakan padanya kalau, ‘aku salah dan kamu benar’. Dan aku sangat malu sekarang sebagai seorang guru.”jawab Profesor Lee.



Ma Roo terlihat menapaki jalan menuju rumahnya.
Terdengar suara Profesor Seok, ”2 tahun dari sekarang, Aku pikir universitas kita akan mempunyai seorang dokter yang jenius.”ujarnya.
Ma Roo memanggil adik semata wayangnya. “Cho Ko, Oppa pulang.”seru Ma Roo.
“Hey, chocoholic! Oppa beli coklat buatmu.” Namun tak ada jawaban dari dalam rumah. Ma Roo menengok kamar Cho Ko, melihat sepatunya berada di luar, Ma Roo mengira adiknya sedang tidur.

Selesai mencuci mukanya, Ma Roo kembali memanggil adiknya. #ditiru ya reader sebelum tidur cuci muka dulu, biar kulitnya semulis oppa Ma Roo, ups :D.
“Kang Cho Ko, apa kamu tidak mau makan sebelum tidur?”tanya Ma Roo. Kembali tidak ada jawabannya, karena merasa ada sesuatu yang tak beres Ma Roo kembali memanggil-manggil adiknya. Ma Roo segera menyalakan lampu kamar, terlihat Cho Ko sudah tak sadarkan diri di lantai. “Cho Ko, sadarlah. Cho Ko, sejak kapan kamu seperti ini?”. Ma Roo segera menyandarkan Cho Ko seraya memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Lalu Ma Roo memakaikan kaos kaki dan mengajak Cho Ko ke rumah sakit sembari memaki Cho Ko yang tak terus terang kalau ia sakit. Dengan lemah Cho Ko mengatakan kalau ia baik-baik saja.
“Apanya yang baik-baik saja?! Kamu demam tinggi!”seru Ma Roo. “Setelah pulang dari rumah sakit kamu akan aku hukum.” Tetiba ponselnya berbunyi, Ma Roo mengangkatnya dan mengatakan kalau Cho Ko sedang sakit jadi ia akan menelepon kembali nanti. Tapi wanita di seberang telepon tak mau mengerti, ia bersikukuh meminta Ma Roo datang menyelamatkan seseorang. Mendengar suara putus asa noona yang menelponnya Ma Roo pun memutuskan menemuinya.

Saat Ma Roo beranjak pergi, Cho Ko menahannya dan meminta oppanya tak pergi.
“Aku sakit. Jangan pergi, Oppa.”pinta Cho Ko.
“Jae Hee unnie (wanita yang menelepon tadi) dalam keadaan darurat, aku harus pergi melihatnya. Aku akan langsung pulang untuk membawamu ke rumah sakit, jadi tunggu di sini sebentar.”jelas Ma Roo.
“Oppa, aku tidak enak badan. Aku bilang kalau aku sakit!”rengek Cho Ko dan meminta kakaknya tak pergi. Ma Roo serba salah, tapi keinginannya pergi menolong Jae Hee juga kuat. Ma Roo pun membujuk adiknya.
“Berhitunglah sampai 500, Cho Ko. Ketika kamu sedang menghitung sampai 500, aku akan pulang. Aku berjanji. Aku berjanji.”bujuk Ma Roo seraya mengulurkan kelingkingnya untuk dikaitkan, namun Cho Ko menghempaskannya dan mengatakan kalau kakaknya pergi menemui Jae Hee ia akan sakit sampai mati.
“Aku akan segera kembali. Hitung sampai 500 saja, oke?”pinta Ma Roo lalu beranjak pergi, sementara Cho Ko hanya bisa menangis.

Ma Roo bergegas menuju montel tempat Jae Hee berada. Ternyata di kamar montel tempat Jae Hee berada, sudah ada seorang lelaki terbujur kaku bersimbah darah sementara Jae Hee meringkuk di pojokan. Ma Roo segera memeriksa lelaki itu untuk memastikan apakah dia masih hidup atau sudah mati. Ma Roo syok karena lelaki itu sudah mati. Jae Hee bertanya apa lelaki itu sudah mati, Ma Roo mengangguk mengiyakan.
“Kenapa? Kenapa dia mati? Aku tidak membunuhnya.” Ma Roo menatap Jae Hee.
“Kenapa kamu melihatku dengan ekspresi seperti itu?”tanya Jae Hee, ia mulai panik dan tak terkendali. Ia bersikeras kalau ia tak membunuhnya. Ma Roo segera menyelimuti mayat itu dengan selimut dan menghampiri Jae Hee.

Melihat pecahan botol di tangan Jae Hee, Ma Roo bertanya apa Jae Hee memukulnya dengan itu. Jae Hee malah memecahkannya dan menggeleng. Ma Roo mengira Jae Hee melakukannya untuk melindungi dirinya karena lelaki itu akan berbuat jahat padanya. Ma Roo juga menyarankan Jae Hee menyerahkan diri karena itu tindakan pertahanan diri dan pembunuhan tak sengaja, maka pasti hukumannya ringan. Tentu saja Jae Hee menolak, ia lebih memikirkan karirnya sebagai reporter. Karirnya akan berakhir jika hal itu sampai ketahuan publik. “Apa masalahnya kalau kamu berhenti menjadi reporter? Kamu dapat memulai dengan hal yang lain.”kata Ma Roo menenangkan. Jae Hee menolak ia tak mau kembali hidup miskin. Ia sudah bekerja keras untuk menjadi seperti sekarang, tentu saja menolak kembali menjadi orang miskin lebih baik ia mati.

Jae Hee mencari pecahan beling, ia ingin bunuh diri. Ma Roo menahannya, “kenapa kamu seperti ini, Noona? Apa kamu gila?!”seru Ma Roo.
Jae Hee terus memberontak. “15 tahun terakhir, aku bermimpi menjadi seorang reporter untuk keluar dari kemiskinan. Semuanya berakhir sekarang! Biarkan aku pergi!”. Tangan Ma Roo malah yang terluka karena menahan Jae Hee. Jae Hee mencoba melihat luka Ma Roo, namun Ma Roo menghempaskan tangannya. “Apa aku tidak bisa menjadi alasankah?”tanya Ma Roo. “13 tahun terakhir, aku juga...Kamu adalah orang yang terus membuatku berjuang ketika itu tidak ada sebuah harapan. Seorang pria sepertiku...Tidak bisakah kau jadikan alasan untuk tetap hidup?”

Kini keduanya duduk tenang, “apa kamu pikir...kalau Tuhan itu ada?”tanya Jae Hee, mempertanyakan kenapa semua itu menimpanya. Ia merasa Tuhan tak adil padanya, Tuhan membiarkannya bermimpi tapi tiba-tiba membiarkannya hilang dalam sekejap. “Dia seharusnya menghancurkanku sejak awal. ‘Lakukan yang terbaik’ . ‘Kamu dapat merubah takdirmu.’ Kenapa Dia memberikanku kepercayaan? Kenapa Dia membiarkanku untuk bermimpi pada mimpi yang kosong?”, Jae Hee bertanya-tanya.
“Mungkin kamu bukan tipeNya. Seorang wanita yang sempurna dan cerdas sepertimu. Seorang wanita yang seksi dan cantik. Dia mungkin hanya dengki.”jawab Ma Roo, Jae Hee tersenyum mendengarnya. Jae Hee mengatakan kalau ia lapar dan akan pergi kantor polisi lalu meminta mereka untuk memesan semangkuk sup. Jae Hee menelepon kantor polisi dan mengatakan kalau akan menyerahkan diri namun belum selesai mengatakan itu Ma Roo merebut ponsel Jae Hee dan menciumnya U.U . #harus berbesar hati hahaha.

Setelah itu Ma Roo segera menghapus bekas sidik jari Jae Hee yang kemungkinan menempel di ruangan itu. Jae Hee bertanya apa yyang dilakukan Ma Roo, namun Ma Roo tak menjawabnya ia terus membersihkan sidik jari Jae Hee. “Ma Roo,apa ini...?”tanya Jae Hee lagi.
“Aku membunuh orang ini.”jawab Ma Roo akhirnya seraya terus membersihkan bekas sidik jari. Jae Hee kembali memanggil Ma Roo, Ma Roo bersikeras kalau ia yang membunuhnya dan Jae Hee tak tahu apa2 tentang hal itu. Jae Hee pun segera menahan Ma Roo, “Jangan lakukan itu! Jangan lakukan itu!”kata Jae Hee. Ma Roo malah menyuruh Jae Hee segera pergi dari situ. “Jangan pernah melihat ke belakang. Lihatlah ke depan. Lihatlah lurus dan ke depan.”pesan Ma Roo tapi Jae Hee menolak dan bertanya kenapa harus Ma Roo. “Tidak masalah buatku jika aku tidak menjadi seorang dokter. Tapi Noona...Kamu tidak dapat hidup jika mimpimu hancur. Aku takut jika pikiranmu akan sakit dan menderita karenanya. Dan kamu hanya mati muda seperti itu.”jelas Ma Roo, lalu menyuruh Jae Hee cepat pergi.

Di lain tempat seorang wanita muda yang semangat dan energik menawari salah satu direktur di perusahaannya karena ada yang mau dibicarakannya. Wanita itu adalah Seo Eun Gi, putri pewaris Taesan grup. “Direktur Choi, Anda akan meminta keputusan final Presdir kan?”tanya Eun Gi lalu menawari tumpangan karena ada yang mau dibicarakannya dan kebetulan jalan mereka searah jadi Eun Gi mengajaknya naik mobilnya saja. “Suatu kehormataan bagiku...untuk bisa mengendarai mobil yang anda secara pribadi yang mengemudi, Agasshi”ucap tuan Choi. Lalu bertanya kenapa Eun Gi tak memakai sopir. Eun Gi menjawab kalau amarahnya sedikit kasar jadi tak ada yang mau jadi sopirnya, bulan itu saja ia sudah memecat 3 orang. “Bukankah kamu tahu hal itu.Tapi...kamu selalu memanggilku Agasshi', apa kamu meremehkanku? atau kamu melakukannya untuk membuatku down?”tanya Eun Gi.

Tuan Choi tak mengerti. “Masih muda dan karena aku anaknya presdir, tiba-tiba menjadi atasanmu, kamu tidak dapat menerimanya huh?”tebak Eun Gi. Tuan Choi menjawab kalau bukan itu, akhirnya tuan Choi memanggil Eun Gi dengan sebutan tim leader. Tuan Choi juga bertanya kenapa Eun Gi berkata seperti itu. “ ‘Kau dapat gelar MBA dari Harver, terus kenapa?’. ‘Di umur yang masih 23 tahun, gadis kecil seperti dia, bahkan jika dia tau tentang manajemen perusahaan, seberapa banyak sih dia tahu?. Apa menjalankan perusahaan sebuah lelucon?’.... itu yang kamu telah katakan di belakangku, itu yang aku dengar.”jawab Eun Gi. Eun Gi menekankan kata yang ada ‘lelucon’ nya hingga membuat tuan Choi kaget.
Tuan Choi segera mengatakan kalau itu tak benar. “Aku bukanlah tipe orang yang memendam dendam atas hal kecil sepert itu. Jangan terlalu takut.”ucap Eun Gi menenangkannya, namun selanjutnya Eun Gi malah sedikit mengancam tuan Choi. “Tapi sekarang...Kamu harusnya sedikit takut. Jika kamu memakai obat jantung... Itu adalah ide yang bagus untuk memakannya sekarang.” Eun Gi mulai membeberkan korupsi2 yang tuan Choi lakukan saat mengakuisisi perusahaan lain mulai dari G-Shop sampai B-Shop seraya menaikkan kecepatan mengemudinya. “Direktur Choi, kamu tidak sebodoh itu. Apa kamu mungkin merencanakan sesuatu dengan perusahaan-perusahaan itu untuk mengkorupsi uang?”tanya Eun Gi to the point. “Team Leader, bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?”tanya tuan Choi. “Anda mengatakan itu membuat saya merasa seperti dituduh.”lanjut Eun Gi, ketakutan tuan Choi akan Eun Gi yang menyetirnya ugal2an (maksudnya belok sana-sini) terhenti begitu Eun Gi mengerem mendadak karena terhalang sebuah mobil. Eun Gi pun memaki dan memarahi pengemudi mobil tersebut

Keduanya melanjutkan perjalanan pulang sembari terus berbincang, “katakan apa yang kamu mau lakukan. Mau dituntut dan di borgol?? atau kamu mau mengambil 3% dari pesangonmu. Tapi kamu harus membayar kembali sisanya 97%, dan keluar dengan bangga.”tawar Eun Gi. Tetiba Eun Gi mengerem mobilnya, karena melihat di depan pintu rumahnya berdiri seorang wanita dan ayahnya keluar. Ternyata wanita itu Jae Hee dengan rok yang sudah compang-camping. Jae Hee menyerahkan dokumen yang dibawanya pada presdir Seo. “Apa kamu tahu apa yang telah aku lakukan? Untuk melindungimu, Presiden. Apa kamu tau apa yang telah aku lakukan?! Kepada seorang pria yang sangat berharga seperti hidupku...Apa kamu tahu... apa yang telah aku lakukan padanya?”cerocos Jae Hee. Presdir Seo memeluk Jae Hee untuk menenangkannya, tentu saja Eun Gi dan tuan Choi yang melihatnya syok. Eun Gi mengalihkannya dengan melanjutkan pembicaraannya dengan tuan Choi yang sempat terhenti.

Kembali ke TKP, montel tempat pembunuhan. Ma Roo menatap kosong mayat yang tergeletak di depannya. Ia teringat kata2 Jae Hee yang tak akan melupakan hutangnya (Ma Roo yang menggantikannya sebagai tertuduh pembunuh ) selama hidupnya, ia akan membalas budi Ma Roo. Terdengar suara sirine polisi, Ma Roo membuka jendela, ia melihat mobil polisi berdatangan ke montel tempat kejadian. Ma Roo segera menelepon adiknya, ia menanyakan keadaan adiknya dan meminta maaf karena ia tak bisa pulang. Ma Roo juga mengatakan kalau ia sudah menelepon Jae Gil untuk membawa adiknya ke rumah sakit. “Maaf, karena tidak bisa menepati janjiku.”ucap Ma Roo mengakhiri sambungan telepon. Ma Roo nampak berkaca-kaca dengan langkah yang ia ambil.

Karena kasus tersebut Ma Roo dihukum 5 tahun penjara.

6 tahun kemudian, tepatnya di Aomori, Tokyo

Di sebuah hotel, Ma Roo menatap kosong ke luar jendela, tetiba seorang wanita memeluknya dari belakang #getok kepalanya pakai es balok :LOL. Karena tak ingin bermain-main lagi dengan wanita itu Ma Roo memberinya uang sebesar 10juta won. Wanita itu tentu saja tak terima. Ma Roo segera menskak mat wanita itu kalau wanita itu adalah wanita mata duitan. “Kamu memilih pria yang salah kali ini. Aku bukanlah seorang yang punya banyak uang.”ungkap Ma Roo lalu beranjak pergi. Wanita tadi menyusulnya dan bertanya sejak kapan Ma Roo tahu, jika ia tahu seharusnya Ma Roo mengatakan sesuatu. Ma Roo menjawab kalau itu bukanlah masalah wanita itu mata duitan atau tidak. Ma Roo melepaskan pegangan tangan wanita itu dan melanjutkan langkahnya, namun wanita itu kembali menahannya. Wanita itu mengungkapkan kalau dengan Ma Roo ia benar2 tulus walau awalnya seperti yang Ma Roo bilang namun sekarang ia benar2 mencintai Ma Roo. “Tentu saja, kamu tidak akan percaya padaku. Bahkan jika aku menjadi kamu, aku tidak akan percaya, tapi...Itu normal kalau kamu tidak percaya, tapi...”terang wanita itu, malah sebaliknya Ma Roo mengatakan kalau ia mempercayainya. Wanita itu pun memeluk Ma Rood an meminta maaf, namun Ma Roo hanya diam tanpa ekspresi #hyaaaa tatapannya.

Di lain tempat, Eun Gi masih pulas tertidur . Pengacara Park Joon Ha yang sudah menungguinya berniat menyeka keringat Eun Gi, namun segera diurungkannya.tiba2 Eun Gi terbangun karena mimpi buruk. Eun Gi bertanya jam berapa saat itu dan kenapa sekretaris Jang tak membangunkannya hingga ia bangun kesiangan karena ada penerbangan pukul 9. Pengacara Park menjawab ia bilang pada sekretaris Jang agar tak membangunkan Eun Gi karena seminggu itu Eung Gi tidur kurang dari 7 jam. “Kerja itu bagus, tetapi...Itu bisa menjadi mematikan bagi seseorang yang punya penyakit kronis.”tambahnya.
“Tampaknya kamu tidak tahu posisimu, Pengacara Park Joon Ha. Dengan posisimu, hal apa yang membuatmu terserah untuk memutuskan...”ujar Eun Gi ketus. Apa Pengacara Park masih belum menyadarinya. “Saya minta maaf, tapi itu harus dilakukan dengan cara seperti ini. Kesehatan Direktur sudah diperingatkan oleh Dr. Kim berkali-kali.”jawab Pengacara Park memberi alasan.
“Aku pikir sebelum kamu khawatir tentang kesehatanku, kamu seharusnya mulai khawatir tentang pekerjaanmu, Lawyer Park. Jika negosiasi ini gagal, pertama yang aku lakukan adalah memecatmu.”ancam Eun Gi secara halus lalu masuk ke kamar mandi, namun keluar lagi karena ia lupa menanyakan sesuatu.
Eun Gi bertanya tentang komplain kosmetik. Pengacara Park menjawab kalau mereka harus menarik semua produk Ameriti di hotel lain yang ada di Jepang. Eun Gi yang kesal malah mentokin kepala ke dinding kayu pintu hahaha.

Eun Gi kembali masuk kamar mandi, pengacara Park hanya bisa menghela nafas lalu merapikan bedcover tempat tidur Eun Gi. Selang beberapa menit Eun Gi sudah kembali keluar hanya berbalutkan handuk. “Selain pelanggan perempuan yang mengaku telah menggunakan produk kelas rendah. Apa kamu yakin tidak ada lagi kasus yang lain?”tanya Eun Gi tiba2. Pengacara Park mengiyakan tanpa memandang Eun Gi, Eun Gi segera menyuruhnya secepatnya menghubungi pelanggan tersebut. Tapi pengacara Park tak mengerti maksud Eun Gi. “Pelanggan yang bilang setelah menggunakan kosmetik kita, memicu penyakit kulit. Kita harus meminta maaf terlebih dahulu.”jelas Eun Gi, pengacara Park mengerti. Eun Gi juga menyuruhnya memeriksa semua rekening bank anggota keluarganya. Pengacara mengiyakan, melihat pengacara park selalu menjawab tanpa memandangnya Eun Gi melihat penampilannya, ia bergegas kembali ke kamar mandi. Di depan pintu Eun Gi menghentikan langkahnya. “Kamu suka pria, kan? Kamu belum berubah suka kepada perempuan kan?”tanya Eun Gi dan dengan tenang pengacara Park mengiyakan. “Rahasiamu...Aman ditanganku. Jangan khawatir...Oppa.”


Eun Gi ditemani pengacara Park meminta maaf secara khusus pada pelanggan yang terkena penyakit kulit karena memakai produk kosmestiknya. “Atas ketidaknyamanan yang menimpa anda, saya meminta maaf atas nama perusahaan kami.”ucap Eun Gi dalam bahasa Jepang.
“Anda membuat wajah seseorang seperti ini dan hanya mengatakaan maaf? hanya itu?”, pengacara Park segera menyerahkan amplop pada pelanggan tersebut lalu keluar, pelanggan itu tersenyum melihat amplop yang berisi uang. “Dan sekarang kamu memberikan kompensasi itu dengan uang?”tanyanya. Eun Gi kembali bersujud meminta maaf dan mengatakan jika pelanggan ingin hal lain tinggal memberitahunya. Pelanggan itu tersenyum, lalu mengajak Eun Gi makan siang karena ia lapar. Eun Gi mengucapkan terima kasih.

Eun Gi mengeluarkan kimchi. Pelanggan bertanya apa itu kimchi. Eun Gi mengiyakan dan mengatakan kalau pelanggan tak menyukainya ia akan membuangnya. Pelanggan itu meminta Eun Gi agar jangan membuangnya, ia ingin merasakan kimchi sekali-kali. Eun Gi pun menyerahkannya dan pelanggan itu mencicipinya, “oishi ne”ucapnya. Eun Gi ikut makan, ia tersenyum. Setelah menikmati dessertpelanggan pamit pergi karena ia ada janji. Sebelum pergi, Eun Gi menyerahkan kosmetik yang ternyata dikomplain pelanggan itu. Eun Gi mengiyakan. “Anda baru saja memakan bahan yang digunakan untuk yoghurt.” “Jangan-jangan, kamu memberiku makanan dari kosmetik barusan ini?”tanya pelanggan sembari segera pura-pura susah bernafas. Eun Gi menyuruhnya agar tak khawatir karena kosmetiknya dibuat dari bahan-bahan alami dan organis. “Jika kosmetik kami tidak aman untuk digunakan seperti klaim anda, kalau begitu kita akan bertemu lagi di rumah sakit besok pagi? Karena saya juga memiliki kulit yang sensitif.”ungkap Eun Gi dalam bahasa Korea, pelanggan berpura-pura tak mengerti apa yang diucapkan Eun Gi dan menyuruh Eun Gi berbicara dalam bahasa Jepang. Tapi Eun Gi tahu pelanggan itu paham bahasa Korea, karena ia bisa makan kimchi dengan nyaman. Pelanggan itu terjebak ia beralasan orang Jepang juga makan kimchi dengan nyaman, padahal Eun Gi tadi mengatakan dengan bahasa Korea juga.
“Lihat, kamu paham apa yang baru saja saya katakan. Dong-po (orang Korea yang tinggal di luar negeri) Ajumma dengan aksen Jepang yang aneh, berhentilah berpura-pura.”


Tetiba pengacara Park masuk, ia menyerahkan dokumen pada Eun Gi dan membisikkan sesuatu. Eun Gi membuka dokumen itu dan memperlihatkan pada pelanggan bukti penggelembungan dana tiba2 di rekeningnya. Yang sepertinya uang itu didepositokan di rekening pelanggan oleh kompetitor perusahaan Eun Gi, World grup. “Untuk jumlah sekecil itu, kamu membuat wajahmu seperti itu?”ejek Eun Gi lalu bangkit dan menyuruh pengacara Park membawa pelanggan itu ke kantor polisi. Dan menghubungi semua media, mereka akan memberikan wawancara resmi tentang posisi mereka atas insiden itu. “Untuk World Group...siapkan pembalasan yang setimpal.”pesan Eun Gi pada pengacara Park lalu beranjak pergi.

Di bawah pohon seseorang sedang berciuman dan itu Joong Ki T.T, eh maksudnya Ma Roo sepertinya dengan wanita yang di hotel tadi ~_~.


Eun Gi yang keluar tiba2 merasa pusing, pandangannya sedikit kabur dan dadanya terasa sakit. Jae Hee segera menghampirinya. “Apa kamu baik-baik saja?”tanyanya. “Tentu saja. Apa kamu sudah mencoba spa nya? Spa di sini sangat bagus.”jawab Eun Gi. Tapi Jae Hee mengatakan sepertinya Eun Gi terlihat tak sehat. Eun Gi beralasam ia hanya ingin terlihat seperti telah bekerja dengan keras. Eun Gi juga menanyakan di mana ayahnya. Jae Hee menjawab kalau ayahnya pergi bersama sekretaris Jang dan menyuruhnya tinggal untuk menemani Eun Gi pulang. Jae Hee menyeka keringat di wajah Eun Gi, lalu menyentuh wajahnya. Jae Hee pun tahu Eun Gi demam, ia pun mengajak Eun Gi ke rumah sakit. “Kenapa kamu tidak berhenti akting. Para penonton sepertinya sudah pergi.”sindir Eun Gi sembari menahan tangan Jae Hee.
“Eun Gi.”panggil Jae Hee.
“Aku pikir, hari ini aku yang menang. Aku rasa aktingku lebih baik darimu, Han Jae Hee.” Ketegangan keduanya dihentikan saat seorang anak laki2 kecil menghampiri keduanya dan memanggil Jae Hee “mama”. Yang otomatis adik tiri Eun Gi, yang bernama Seo Eun Suk.

Eun Suk merasa bosan jadi ia datang menghampiri keduanya. “Noona, apa kamu mau bermain denganku, liat siapa yang terbaik?”ajak Eun Suk pada Eun Gi sembari memeluk Eun Gi, Eun Gi hanya tersenyum dan berkata,”dia pasti sudah sama sepertimu.”
“Kamu bukan orang asing. Kamu kakaknya. Dia hanya suka sama kakaknya...”kata Jae Hee, Eun Gi melepaskan pelukan Eun Suk. “Noona. Noona ke siapa? Aku tidak menganggapmu sebagai dongsaeng (adik) ku. Aku sudah bilang berulangkali padamu. Apa kamu bodoh?”ucap Eun Gi ketus, Eun Suk berkaca-kaca mendengarnya. “Apa kamu keras kepala?”seru Eun Gi lalu menjitak kepala Eun Suk pelan. Eun Suk segera menghambur ke ibunya dan menangis.
 “Apa yang kamu lakukan pada seorang anak kecil? Dia hanya umur 4 tahun”ujar Jae Hee.
“Sebelum dia berumur 4 tahun, dia adalah anakmu. Di umur 28, kamu menjadi istri seseorang pria yang seusia ayahmu, sehingga dia membuang istrinya yang setia. Legenda yang belum pernah terjadi sebelumnya, Han Jae Hee dan anaknya.” Eun Gi jongkok sejajar dengan Eun Suk dan mengatakan kalau ia takut dengan Eun Suk. “Aku tidak tahu kapan dia akan menunjukkan taringnya yang tajam yang dengan tiba-tiba akan....menggigitku leherku.”ucapnya lalu beranjak pergi. Eun Suk menangis Jae Hee menenangkannya.

Ternyata tak jauh dari mereka di atas jembatan merah Ma Roo menghampiri Jae Gil yang menangis. “Apa kamu akan terus menangis?”tanya Ma Roo, Jae Gil segera menghentikan tangisannya dan berpura-pura ceria. Ia sedang tidak menangis ia seperti itu karena matanya terlalu kering dan ia terus menguceknya jadi keluar air mata. “Tidak peduli seberapa bodohnya aku, oleh seorang wanita yang membohongiku dan menipuku, kenapa aku harus menangisi wanita yang membohongiku dan mata duitan?”elak Jae Gil. Namun hati dan ucapan tak sejalan sebenarnya Jae Gil belum bisa melupakannya dan masih menaruh perasaan pada wanita itu. Oh ternyata wanita yang di hotel tadi itu wanita yang menipu Jae Gil. Ma Roo menenangkan Jae Gil dengan menyerahkan buku tabungan yang berhasil didapatnya. Jae Gil tak percaya Ma Roo akan berhasil secepat itu padal baru seminggu sejak Ma Roo mengenalnya.
“Kamu dapat mengambil uangmu yang diambil oleh dia, uruslah itu. Sisanya, bantu aku untuk medepositokannya ke rekening Cho Ko.”kata Ma Roo, Jae Gil menghitung nominal tabungannya, nilainya cukup besar 135,830,000 won. “Dia memberimu seluruh tabungannya?”tanya Jae Gil. Ma Roo tak menjawabnya ia malah mengajak Jae Gil kembali ke Seoul.

Di dalam pesawat perjalanan ke Seoul seorang penumpang wanita terpesona melihat Ma Roo tertidur pulas dengan headsetnya. Jae Gil yang tak tidur dan tahu ke arah mana pandangan wanita itu segera menuliskan di koran kalau Ma Roo tukang intip, playboy dan berpikir kalau wanita adalah pelayan lalu menunujukkan pada wanita itu. Tentu saja wanita itu tak percaya begitu saja, Jae Gil merevisinya menjadi Ma Roo orang yang baik, polos, dan pria imut yang tidak punya pacar. Wanita itu nampak senang namun tak menunjukkannya secara nyata, tetiba Ma Roo terbangun ia beranjak pergi ke toilet. Hal itu digunakan Jae Gil untuk menghampiri wanita itu dan berniat meminta no. teleponnya namun tiba2 hpnya diambil seorang pria yang baru datang. Jae Gil salah tingkah melihat pria itu, wanita itu pun menuliskan kalau pacarnya seorang gangster di tangan lalu menunjukkannya pada Jae Gil. Jae Gil tentu saja syok, ia pun segera menguasai dirinya berusaha tertawa dan bercanda. “Apa kamu ingin memilikinya? itu adalah handphone LTE (Samsung Galaxy S3) terbaru! Koneksi internetnya sangat bagus dan cepat! Aku tidak keberatan soal ini...”
Adow malang nian nasibmu oppa Gwang Soo, eh Jae Gil 


Ma Roo menunggu di depan toilet, tetiba seorang wanita keluar dan langsung jatuh ke pelukannya saat ia melihat ke arah lain. Wanita itu adalah Eun Gi, Eun Gi nampak pucat tiba2 ia pingsan, Ma Roo segera menahannya. Ma Roo membaringkannya di lantai, Eun Gi terlihat sesak nafas. Ma Roo memeriksa nadi Eun Gi, 2 pramugari menghampirinya dan mencoba membangunkan Eun Gi

Jae Gil mementok-mentokkan kepala di kursi penumpang hingga mengganggu kenyamanan penumpang yang ada di depannya. Ma Roo kembali ke tempat duduknya semula. Terdengar suara pengumuman dari pramugari kalau di dalam pesawat ada orang yang sakit dan bertanya apakah ada seorang dokter di antara para penumpang, jika ada diminta datang ke kelas bisnis. Ma Roo bersikap seolah-olah tak mendengarnya ia malah kembali memasang headsetnya dan tidur. Kondisi Eun Gi masih lemah dan tekanan darahnya terus menurun ditemani Jae Hee. Salah satu pramugari datang mengabarkan kalau tak ada dokter. “Dia tidak boleh sakit seperti ini.Tidak. Tidak boleh.”ujar Jae Hee panik. Pramugari mengumumkan kembali kalau mereka butuh dokter karena ada yang sakit. Jae Gil mencubit Ma Roo untuk membangunkannya, “kamu seorang dokter kan?”tanyanya. Ma Roo tak menggubrisnya, Jae Gil pun melepas headset Ma Roo dan kembali menanyakan bukankah Ma Roo seorang dokter. Ma Roo pun mengatakan kalau ia drop out dari universitas kedokteran. Jae Gil berpikir mungkin di dalam pesawat tak ada dokter karena mereka terus mengumumkannya pasti keadaannya sangat darurat. Jae Gil menyuruh Ma Roo pergi. Tentu saja Ma Roo menolak, ia malah menyuruh Jae Gil membaca buku dan ia kembali memasang headsetnya dan tidur.

Melihat kondisi Eun Gi, Jae Hee ingin menelepon Presdir Seo. Para pramugrari mulai berkeliling ruang ekonomi menanyai apakah ada dokter di antara mereka. Melihat itu Jae Gil segera melepaskan headset Ma Roo. Jae Gil mengibaratkan seandainya itu Cho Ko. “Cho Ko bisa saja mati. Adikmu pingsan di jalan tanpa sebab. Orang-orang akan berkata, ‘itu bukan urusanku’ atau "aku tidak mengenalnya’ dan mereka hanya melewatinya. Cho Ko tidak akan pernah bisa bertahan sampai sekarang, brengsek!”. Seharusnya Ma Roo juga membantu orang lain karena ia juga menerima bantuan (orang lain membantu Cho Ko), dengan membantu orang lain nanti juga pasti ada yang akan membantu Cho Ko. Tak ingin mendengar ocehan Jae Gil terus, Ma Roo bangkit. Jae Gil tersenyum melihatnya. “Kamu akan pergi?”tanyanya.
“Itu lebih baik daripada mendengarkanmu ngoceh. Brengsek kau.”jawab Ma Roo lalu melangkah pergi. “Benar. Cho Ko adalah kelemahanmu."ucap Jae Gil tersenyum memandang kepergian Ma Roo.

Ma Roo datang ke ruang bisnis, dan meminta ijin memeriksa Eun Gi. Ma Roo memeriksa tekanan darah Eun Gi dan mencoba mendengarkan suara detak jantung Eun Gi. Ma Roo memastikannya menggunakan stestokop. Pramugari bertanya apakah kondisinya serius, Ma Roo mengiyakan. Ma Roo bertanya apa keluarga Eun Gi tidak ada. Pramugari mengatakan kalau keluarganya menelepon Presdir Seo. Tetiba Jae Hee datang, ia bertemu pandang dengan Ma Roo. Pramugari memperkenalkan kalau Jae Hee keluarganya pada Ma Roo dan Ma Roo seorang dokter pada Jae Hee. Tentu saja Ma Roo syok bukan main. “Aku bukan dokter.”ucap Ma Roo cepat. “Aku pernah sekolah kedokteran, Tapi aku di DO di tengah semester.” Ma Roo akan beranjak pergi jika itu membuat Jae Hee tidak nyaman. Jae Hee mengatakan tidak. “Pasien ini...Bagaimana ada hubungannya denganmu?”tanya Ma Roo pada Jae Hee. “Aku bukan seorang dokter, tetapi aku tidak kekurangan skill. Haruskah kita tunggu dan membiarkan dia mati?”. Jae Hee menjawab kalau pasien yang terbaring lemah (Eun Gi) itu putrinya.

“Dia putriku. Meskipun aku bukan ibu kandungnya, dia adalah anak dari suamiku.”jelas Jae Hee. Bagai mendapat pukulan balok es, rasanya belum cukup bagi Ma Roo, tiba2 seorang anak kecil (Eun Suk) yang duduk tak jauh dari mereka memanggil ‘mama’ dan Jae Hee menghampirinya. Jae Hee menenangkan Eun Suk, Ma Roo membeku bagai disambar petir. Pramugari memberitahhukan kalau tekanan darah pasien terus menurun dan memanggil Ma Roo dengan kata ‘dokter’. Ma Roo berusaha menguasai diri dari keterkejutannya dan menanyakan berapa lama mereka akan mendarat. Pramugari mengatakan mereka membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit walaupun mendarat di bandara terdekat. Ma Roo segera membersihkan tangannya dengan alkohol. “Fungsi paru-paru melemah. Detak jantung menurun. Dia bisa mati tiba-tiba.”ungkap Ma Roo. Pramugari memastikan yang dimaksud Ma Roo pasien bisa mati. Ma Roo mengatakan mereka tak punya banyak waktu, dan segera mengambil suntikan. Ma Roo bersiap menyuntik dada Eun Gi, karena hanya itu yang bisa dilakukan. Ma Roo kembali menyuntik dada Eun Gi, berusaha mengambil darah yang menumpuk di sana yang menyebabkan tamponade jantung (*CMIW ~correct me if wrong, ingat episode pertama Surgeon Bong Dal Hee, awal pertemuan Dal Hee dan dokter Ahn hehehe). Tapi tiba2 Eun Gi batuk darah.


Jae Hee segera mendekat. “Ada apa? kenapa dia seperti ini?”tanya Jae Hee panik. “Kamu tidak melakukan hal yang salah kan?”. Bukannya menjawab Ma Roo malah bertanya apa Eun Gi pernah mengalami kecelakaan mobil?
“Kamu tidak melakukan hal-hal yang salah kan?”
“Aku bertanya padamu apa dia pernah mengalami kecelakaan mobil.”
“Bukankah aku bertanya apa kamu melakukan hal yang salah!”seru Jae Hee.
“Setelah kecelakaan,apa dia mengalami salah satu patah tulang rusuknya? Kamu bilang kalau kamu ibunya.”seru Ma Roo balik. Ma Roo kembali mengganti suntikannya dan bersiap menyuntik dada Eun Gi lagi (mengeluarkan darah). Tapi Jae Hee menghentikannya. “Aku bilang ‘berhenti’. Eun Gi ku, jika sesuatu hal yang salah terjadi...Jika dia benar-benar mati...” Tapi Ma Roo malah menghempaskan tangan Jae Hee dan kembali menyuntik dada Eun Gi. “Berhenti, Kang Ma Roo! Kamu bahkan bukan seorang dokter. Aku bilang berhenti.”teriak Jae Hee. Ma Roo memandang tajam ke arah Jae Hee. 

 ==Bersambung== 



INNOCENT MAN





favorite drama aku, benar benar menyentuh hati, sampe aku nangis nonton drama ini,
aku jatuh hati bgt ama drama ini,
Drama korea Nice Guy atau Innocent Man bercerita tentang kisah seorang pria yang merasa sakit hati terhadap pacarnya karena telah dikhianati. Untuk membalas dendam dan juga untuk mendapatkan kembali cintanya, pria itu akhirnya memilih untuk memanfaatkan seoarang gadis yang hilang ingatan. konflik yang terjadi membuat drama ini sangat bagus untuk ditonton, recommend sekali deh pokoknya :)
Pemain atau pemeran utama:
  • Song joong ki = Kang ma roo
  • Moon chae won = Seo eun gi
  • Park si yeon = Han jae hee
  • Lee kwang soo = Park jae gil
Buat yang belum nonton dan tidak sabar untuk mengetahui isi ceritanya, aku kasi deh sinopsisnya ^^

SHINee - 「Breaking News」Music Video

tengah malam gini jam 1.30 pagi aku lagi gak bisa tidur, terpaksa buka si hijau trus online dehh,, hahhahhakk
sambil download video terbarunya SHINEE ^^






Copyright 2009 ♪ 1000 YEARS ALWAYS BY YOUR SIDE ♪ . All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates