RSS

... RAHASIA AWET MUDA SEORANG NENEK 110 TAHUN ... Kisah sedekah yang satu ini sungguh luar biasa menakjubkan. Di suatu daerah terpencil di kota Malang, ada seorang perempuan tua yang masih tampak segar bugar. Kulitnya mulus, meskipun sudah terlihat beberapa keriput di susut wajahnya tapi tingkahnya tetap lincah dan jalannya masih seperti ABG. Ia masih suka berari-lari kecil, jalan-jalan sore dan menyapa tetangga kanan kirinya. Raut wajahnya menunjukan bahwa ketika masih muda, perempuan tua itu pasti sangatlah cantik. Tiap hari ia tidak pernah absen pergi ke tetanganya. Bahkan hanya untuk urusan sepele seperti menanyakan kabar hari ini. Perempuan tua itu selalu menyempatkan diri untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Membantu tetangga membuat kue, memberi uang seadanya kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Ia ramah kepada pengemis ataupun pengamen yang berkunjung ke rumahnya. Sampai-sampai para peminta-minta itu hafal dengan kebaikan hati si nenek. Begitu juga jika ada orang yang berkunjung ke rumahnya, baik itu orang asing seperti sales yang menawarkan barang ataupun seseorang yang meminta sumbangan, selalu disambutnya dengan hangat oleh si nenek tanpa pernah mengusir ataupun berkata kasar kepeda mereka. Semua tetangga mengenal si nenek sebagai tetangga yang baik dan suka menolong banyak orang. Sehingga banyak yang suka kepadanya. Tiap hari rumahnya selalu ramai dikunjungi tetangga dekat maupun tetangga jauh. Pernah suatu hari, salah satu cucunya datang dengan membawa calon istrinya. Calon istrinya heran melihat nenek dari salon suaminya itu sangat lincah dan berbicara lancar layaknya anak muda. Benar-benar tidak terlihat loyo dan kelihatan punya semangat hidup yang tinggi. Waktu itu calon istri dari cucunya bertanya usia kepada si nenek," Kalau umur nenek sih sudah mencapai 110 tahun bulan Juli kemarin.". Begitu jawab nenek dengan enteng. "110 tahun'? betapa kagetnya calon istri dari cucunya ini. Apa rahasia dari umur awet muda nek? dengan santai si nenek mengatakan "Kalau rahasia panjang usia itu tidak sekedar panjang usia saja, melainkan juga bagaimana usianya nenek juga bermanfaat bagi orang lain." Bermanfaat bagi orang lain? sebuah kata-kata yang sangat masuk akal, karena kebanyakan manusia walaupun usianya bisa panjang akan tetapi justru malahan merepotkan orang lain. Kemudian si nenek melanjutkan "Berbagi disini bukan hanya sekedar memberi uang kepada anak yatim, orang miskin atau hal-hal lain yang dilihat banyak orang melainkan juga berbagi hati, mata, telinga, tangan, kaki dan semua anggota tubuhnya kita yang kita punya." Sebuah jawaban yang dapat diambil sebagai pelajaran bagi semua orang. Bahwa dengan memberi apapun yang kita punya walaupun tidak harus berupa harta akan tetapi hati, mata telinga kaki dan semua anggota tubuh kita rupanya dapat membuat hidup seorang nenek menjadi berkah, silaturahmi yang terus disambung tanpa mengenal lelah. Hidup yang juga didoakan banyak orang lain. Kehadirannya sangat dinantikan dan dirindukan orang lain.Subhanallah. ..... ~ o ~
... KU LEPASKAN KAU DENGAN SENYUM ..(Kisah Nyata) ... Kukenal dia ketika aku semester awal S1 di fakultas Farmasi pada salah satu Universitas Swasta terbesar di Makassar. Nisa (nama samaran). itulah namanya,kesanpertama yang kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah menganugrahkan keelokan padanya dengan mengindahkan rupanya. Nisa gadis yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yang begitu sempurna dengan tahi lalat di matanya. Bolamata yang indah dengan pancaran kecerdasan yang begitu jelas. Dia juga sangat wangi, wangi yang sangat lembut, yang sampai sekarang masih mampu kuingat. Penampilannya sama dengan teman-teman kuliahku, jilbab kecil tipis yang dililit atau dipeniti dengan sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah dan pink, sangat cocok dengan kulitnya yang putih. Awalnya aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yang cantik dan pintar. Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukannyaaku minder, namun pola pikir kamiyang kurasa berbeda. Selain itu aku mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium membutuhkan kerjasama dalam tiem dan kelompok. Ada pula yang mengatakan kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi. Hal ini yang membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dengan amanah dakwah dimana-mana dan juga tarbiyah. Membuat waktuku betul-betul terkuras, sehingga kawan yang ku kenalpun hanya mereka yang juga bergelut didunia dakwah yaitu para akhwat-akhwat. Namun aku kemudian merasa ada yang kurang dengan keseharianku, aku merasa dakwah fardiyah pada teman-teman yang pada dasarnya ku temui tiap hari sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisiliqo dan membuat ta’lim dengan menghadirkan orang-orang yang tak kukenal. Lalu bagaimana mungkin teman-teman bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh dengan dakwahku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku. Ada yang menarik dalam tiap kajian jumat yang aku adakan. Yah, aku selalu menemukan sosokNisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas kimia atau pereaksi kimia dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran. Aku semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya. Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe..aku berantakan, dan seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi. Nisa mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia Cuma mengatakan kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botolobat didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia Cuma tersenyum dan mengatakan hanya vitamin biasa. Aku dan Nisa semakin akrab sejaksemester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini hehe.. tapi ini rahasia yah.. Hingga suatu hari, pada awal semester baru lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram matakuliah yang semester lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior. Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa arab, hari yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidakdiapun malas untuk datang… hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan yunior Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah, sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan gelap, pertandahujan deras akan segera mengguyur kota Makassar siang itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam dan sedikit murung, matanyasembab sangat jelas dia baru sajamenangis. Aku lalu bertanya padanya ada apa? Dia hanya diam, dan menggeleng, akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalumenyingkap roknya dan memperlihatkan betisnya. Allah, aku terkejut, begitu banyak memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman? Dia lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan),jika penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak sadarkan diri, di beru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika sedang mencuci, beruntungkakaknya masih di rumah, sehingga dia segera tertolong. Semua badanya lebam dan memarkarena terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya, yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengahbanyak orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia punya banyak cita-cita, ingin mempunyaiapotek, ingin bekerja di Balai POM,dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu menangis dan sangat sedih. Lalu kembali pertanyaan itu hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah picisan? Aku ingin lebih baik, masihbanyak hal yang ingin aku capai. Dia mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan.“Aztri, kamu tahu? Kenapa selamaini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat, karena aku takut, jika aku menunda shalatku,lalu kemudian ternyata Allah membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikanshalat. Penyakitku pisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapatdiambilNya kapan saja” katanya dengan isak tangis. Sungguh, pemikiran yang sederhana, namunmampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu paham makna takdir dan ajal, namun takpernah memikirkan dengan begitunyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita begitu tenggelam dengan dunia sehinggakemudian melupakan tamu yang dapat datang kapan saja itu.. ajal… kematian.. Lalu Nisa pun mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apayang harus kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi?Aku tak mau mati di kamar mandi,tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan aku takmampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis.Baru kali itu aku merasa kematianbegitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb, penguasa Alam semesta, barilah akhir yang baik pada kami..” Sejak itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah, dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya. Pada suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam akumenunggu sms Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku piker mungkin pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanyak pada teman-teman apa ada yang melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi. Namun pada pukul 10 malam. tepatnya malam ahad, ketika akusedang berkumpul dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya tanpa prasangka apa-apa. Namunternyata yang menelpon adalah temen kuliahku, dia memberitakanberita yang seketika mampu melemaskan semua persendianku..Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru, tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di atasku seolah runtuh. Selanjutnya aku langsung menuju kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanyaberita bohong, aku masih berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampiku disana, lorong ke rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine ambulans sejak tadi terdengar. Kusingkap kerumunan, orang-orang yang mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke ambulansnya, dankutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa, wajahnyatelah membiru dan bengkak. Allah,apa yang dia khawatirkan terjadi.Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini? Badanku tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku sambil membisikkan istigfar ke telingaku,ternyata dia salah seorang akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati kamarnya berantakan tak rapi seprti biasa, kertas berhamburan dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang pukul 09.00malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu dia sendiridi rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya, tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan membiru.. Allah… bagaimana mungkin secepat ini, sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan? Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang aku gunakan saat itu sebentar saja. Dia memakainya berdiri di depan cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah malu-malu katanya jika adaikhwan yang mengkhitbahnya, diaakan mengangguk malu seperti ini.Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat sangat, di sini, di hatiku.. Teman membisikkan kalau ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera berangkat, Nisa akan dikebumikandi kampungnya, kami pun berkumpul di sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir kalinya, Serine segera menggelgar, memecah keheninganmalam saat itu, Ambulans yang berisi jasad Nisa terlah pergi, Nisatak ada lagi, namun di sini di hati ini dia tetap ada, Semangat hidupnya menjadi kakuatanku, Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu. Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana di JannahNya.. pergilah..Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum.. ~ o ~
Hukum memakai kawat gigi/Behel atau sejenisnya
Hukum asalnya merubah sesuatu yang Allah ciptakan pada diri seseorang adalah dilarang, berdasarkan firman Allah, وَلأَمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللهِ “Dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya.” (QS. An-Nisa: 119).Ayat ini menjelaskan bahwa merubah ciptaan Allah termasuk sesuatu yang haram dan merupakan bujuk rayu setan kepada anak Adam yang melakukan kemaksiatan. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud, ia mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang mencabut (alisnya), menata giginya agar terlihat lebih indah yang mereka itu merubah ciptaan Allah. Hadis ini merupakan laknat (dari rasulullah .pen) kepada wanita-wanita yang mencabut alisnya dan menata giginya dikarenakan mereka telah merubah ciptaan Allah. Dalam riwayat yang lain dikatakan, orang-orang yang merubah ciptaan Allah.Namun, dalam beberapa hal ada pengecualian yang dibolehkan oleh syariat. Seperti dalam keadaan darurat dan mendesaknya kebutuhan, maka tidak mengapa merapikan gigi karena suatu hal yang darurat dan kebutuhan. Darurat dalam kategori syariat yaitu gigi yang ompong atau gingsul, yang perlu diubah karena sulit mengunyah makanan atau agar berbicara dengan fasih dll. Dalil mengenai hal ini adalah ‘Arjafah bin As’ad radhiallahu’anhu, ia mengatakan, “Hidungku terpotong pada Perang Kullab di masa jahiliyah. Aku pun menggantikannya dengan daun, tetapi daun itu bau sehingga menggangguku. Lal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku menggantinya dengan emas.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, dan Abu Dawud). Perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Arjafah untuk memperbaiki hidungnya dengan emas merupakan dalil bolehnya memperbaiki gigi. Adapun memperbaiki gigi yang cacat, maka tidak ada larangan untuk menatanya agar hilang cacatnya.Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh menjawab, “Memperbaiki gigi ini dibagi menjadi dua kategori: Pertama, jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya haram. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata giginya agar terlihat lebih indah yang merubah ciptaan Allah. Padahal seorang wanita membutuhkan hal yang demikian untuk estetika (keindahan), dengan demikian seorang laki-laki lebih layak dilarang daripada wanita.Kedua, jika seseorang memperbaikinya karena ada cacat, tidak mengapa ia melakukannya. Sebagian orang ada suatu cacat pada giginya, mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain. Cacat tersebut membuat orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini dimaklumi untuk membenarkannya. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib atau cacat bukan termasuk menambah kecantikan. Dasar argumentasinya (dalil), Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki yang hidungnya terpotong agar menggantinya dengan hidung palsu dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan dimaksudkan untuk mempercantik diri_
Copyright 2009 ♪ 1000 YEARS ALWAYS BY YOUR SIDE ♪ . All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates